Baca Berita dan Informasi Terkini Berbagai Hal

Kumpulan Berbagai Macam Berita ataupun Artikel yang Bermanfaat untuk Anda Baca dan Nimati

Mengenal Kain Tenun Khas Bali Kain Gringsing

Bali memiliki berbagai warisan budaya kuno dan masih bertahan dan dilestarikan. Beragam bangunan kuno masih berdiri kokoh di Bali. Selain itu peninggalan berupa barang seni juga masih dilestarikan. Sebagaimana pakaian muslim pria yang dijadikan pakaian peribadahan, warga Hindu di Desa aTangenan juga memiliki kain khas yaitu kain gringsing yang tergolong langka. Dalam proses pengerjaannya kain ini sangat rumit dan hasilnyapun bermutu tinggi, berkualitas diburu juga oleh para kolektor dunia.

f:id:amuzakki:20200629111816j:plain

Kain Gringsing

Kain tenun Gringsing memang lebih terkenal di kalangan wisatawan mancanegara daripada wisatawan lokal. Mungkin karena harganya yang mahal yang mmenjadikan kain ini kurang diminati. Untuk lebih mengenalkan objek wisata Desa Tenganan dan produksi tekstil kain Gringsing peran pemerintah sangat penting dalam mempromosikan hasil karya anak bangsa, termasuk juga peran penting pelaku bisnis industri wisata di Bali.

Penamaan dari kain tersebut dari kata gring artinya sakit dan sing artinya tidak, kalau dua kata tersebut digabungkan menjadi tidak sakit, maksud yang terkandung dari nama gringsing adalah kain tersebut mampu menolak bala. Berdasarkan mitos kain tenun ini berawal dari Dewa Indra yang mengajarkan para wanita menenun karena Dewa mengagumi keindahan malam hari dan menggambarkan keindahan tersebut dalam hasil tenun seperti keindahan bulan, bintang, dan suasana langit seperti motif yang ada pada kain.

Desa Tenganan

Kain tenun ini berasal dari Desa Tenganan. Desa Tenganan adalah sebuah desa Bali kuno yang ada di Bali dan merupakan penduduk Bali asli dan dikenal dengan desa Bali Aga. Desa kuno Bali ini sudah ada sebelum invansi Majapahit sehingga tidak banyak mendapatkan pengaruh luar. Dengan keunikan yang dimilikinya, desa Tenganan ini menjadi salah satu objek wisata di Bali yang cukup hits dan populer di wilayah Bali.

Melalui Ditjen Kekayaan Intelektual, P,emerintah Indonesia memberikan hak eksklusif Indikasi Geografis (IG) untuk kain Tenun Gringsing kepda Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Tenganan. Artinya hak tersebut bisa melindungi warga setempat dan juga hasil budayanya. Saipa saja bisa mendapatkan tuntutan hukum pidana jika menjual produk tekstil kain Gringsing bukan hasil tenun dari desa Tenganan.

Pembuatan Kain

Pembuatan kain tenun dobel ikat seperti kain Gringsing bisa memakan waktu 2 – 5 tahun. Cukup lama untuk pembuatan selembar kain. Dengan menggunakan bahan-bahan alami dari alam termasuk juga dalam pewarnaan, maka kain ini cukup aman untuk kulit. Sebenarnya proses tenun hanya membutuhkan waktu sekitar 2 bulan tetapi proses pembuatan motif dobel ikatnya butuh waktu lama.

Pembuatan kain ini dimulai dari proses pemintalan benang menggunakan alat pintal tradisional, bahan benang dari kapuk berbiji satu yang tanamannya sangat langka. Jenis kapuk tersebut hanya bisa ditemukan di Nusa Penida. Setelah menjadi benang kemudian direndam dengan minyak kemiri dengan durasi perendaman minimal 40 hari dan maksimal 1 tahun. Air rendaman harus diganti berselang 25-49 hari sekali.

Dengan dilakukan perendaman maka benang menjadi lebih kuat dan lembut, semakin lama rendaman maka hasilnya akan semakin baik. Buah kemiri yang digunakan untuk proses perendaman adalah yang benar-benar sudah matang serta sudah terjatuh dari pohonnya. Setelah selesai mengalami proses perendaman benang dipintal menjadi sehelai kain dengan panjang (sisi pakan) dan lebar (sisi lungsi).

Setelah selesai dan menjadi selembar kain, maka kain tersebut akan diikat sesuai pola yang ditentukan dan dilakukan proses pencelupan warna sehingga membentuk motif dan warna yang sesuai. Hal yang menjadi rumit adalah pada saat penataan benang, proses pengikatan dan pencelupan warna kain dilakukan pada kedua sisi yaitu sisi panjang dan lebar dan dikenal dengan teknik dobel ikat.

Ketrampilan, kesabaran dan ketelitian sangat diperlukan, sehingga warna-warna pada setiap sisi menghasilkan motif sesuai dan tampil jelas dan tegas. Pewarna yang digunakan dari bahan alami seperti kelopak pohon kepundung putih, akar mengkudu yang buahnya digunakan untuk bahan alami perawatan kulit wajah,  minyak buah kemiri, pohon taum dan abu kayu, sehingga menghasilkan tiga warna berbeda.

Motif Kain Gringsing

f:id:amuzakki:20200629112355j:plain

Dalam proses pembuatan Kain tenun Gringsing ini dari awal sampai akhir menggunakan tangan jadi bisa dikatakan pengerjaan proses yang rumit ini dikerjakan secara manual. Bahkan terkadang butuh waktu sampai 5 tahun untuk menghasilkan satu lembar kain, sehingga harganyapun tergolong mahal.

Penenunan kain Gringsing merupakan teknik menenun dobel ikat satu-satunya di Indonesia, bahkan di dunia hanya ada 3 tempat teknik tenun dobel ikat ini yaitu di India, Jepang dan Indonesia.  Sehingga sangat wajar jika banyak penggemar barang seni sanggup merogoh kantongnya hingga ratusan juta demi memperoleh selembar kain.

Penggunaan Kain Gringsing

Kain Geringsing digunakan oleh warga Tenganan saat ada upacara keagamaan seperti pernikahan, upacara potong gigi, upacara Sasih Sambah dan berbagai upacara lainnya. Semakin bagus kualitas kain maka harga menjadi semakin mahal serta status sosial pemakainya juga meningkat. Karena kain ini sangat mahal maka penggunaannya juga tidak main main sehingga tidak bisa diproduksi secara massal, apalagi dibuat sebagai bahan konveksi seragam, tentu sanga tidak memungkinkan.